Badak Sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis) adalah
satu-satunya badak Asia yang memiliki dua cula. Fisik badak sumatera relatif
kecil dari semua sub-spesies badak yang berada di Bumi, namun badak sumatera sering
disebut dengan badak berambut karena diantara sub-spesias yang berada di dunia
hanya badak sumatera yang memiliki banyak bulu atau rambut, ciri fisik lainnya
adalah kulitnya yang agak kemerah-merahan dan kerutan di sekiran mata.
Badak Sumatera
mempunyai dua cula, panjang cula depan berkisar 25 – 80 cm, sedangkan cula
belakang berkisar 10 cm. Panjang tubuh saat berusia dewasa berkisar antara 2 –
3 meter dengan tinggi sampai pundak berkisar 1 – 1,5 meter. Berat badan
berkisar antara 600 – 950 kg. Badak sumatera remaja kulitnya biasanya ditutupi
oleh bulu berwarna coklat kemerahan diseluruh kulitnya.
Hutan hujan sekunder,
rawa dan pegunungan merupakan habitat badak sumatera, lembah-lembah curam yang
ditumbuhi oleh semak belukar yang sangat banyak merupakan kondisi yang disukai
oleh badak sumatera. Persebarannya tidak hanya berada di Pulau Sumatera akan
tetapi pesebarannya sangat luas jauh melebihi badak yang lain seperti Kamboja,
Laos dan Vietnam.
Badak Sumatera dewasa
ini yang masih hidup diyakini menghuni tiga daerah di Sumatera yaitu Taman Nasional
Bukit Barisan, Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Way Kambas. Satu
saerah di Sabah, Malaysia berada di Lembah Danum dan satu daerah di sebelah
barat Samarinda. Jumlah badak sumatera dalam sejarahnya pernah tercatat sangat
banyak di Asia Tenggara, namun sekarang jumalahnya diperkirakan tidak lebih
dari 100 ekor yang masih hidup.
Awal tahun 1990-an
penurunan populasi diperkirakan lebih dari 50 persen per dekade. Survey yang
dilakukan pada tahun 2008 memperkirakan 250 ekor masih hidup, populasi yang
tersebar sekarang terancam menghadapi resiko depresi penagkaran sanak,
pemburuan liar dan alih fungsi lahan.
Pemburuan terhadap
badak sumatera telah terjadi berabad-abad. Pada jaman dahulu cula badak
dijadikan sebagai jimat oleh masyrakat sumatera dan dagingnya dijadikan obat
diare, kista dan tubekolosis. Permintaan tinggi terhadap cula badak menyebabkan
tingginya harga cula badak dipasaran yang mencapai us dollar 30.000 /kg
menyebabkan pemburuan menjamur.
Pembalakan ilegal dan
legal di hutan hujan Indonesia dan Malaysia tempat tinggal badak sumatera menjadi
sasaran yang sangat diprioritaskan, karena terdapat kayu-kayu keras dan langka
seperti Merbau, Meranti, dan Semaram yang sangat bernilai di pasar
internasional, harganya mencapai us dollar 1.800 /m3.
Pemburuan dan
pembalakan menjadi penyebab populasi badak sumatera menyusut ataupun punah. Naasnya
badak sumatera timur dipastikan telah punah di alam liar pada bulan April 2015,
sementara badak sumatera di Malaysia juga dipastikan punah di alam liar pada
bulan Agustus 2015.
Comments
Post a Comment